Sejarah Penamaan Indonesia: Dari Konsep Geografis Ke Gagasan Kemerdekaan
Dari mana sebutan nama "Indonesia" berasal? Siapakah orang yang pertama kali menyebut nama "Indonesia?" Bagaimana perjalanan sebutan "Indonesia" hingga kemudian digunakan sebagai nama resmi dari negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945?
Berbicara tentang nama "Indonesia" sesungguhnya merupakan pembicaraan tentang pertukaran gagasan lintas batas dan kegigihan bangsa terjajah melawan ketidakadilan dari bangsa penjajah.
Pada awalnya, sebutan nama "Indonesia" terkait dengan sebutan untuk wilayah geografis yang merujuk pada suatu kawasan di gugusan kepulauan tenggara Asia. Kini, kawasan tersbut hampir melingkupi seluruh wilayah negara-negara di Asia Tenggara.
Adalah seseorang yang bernama James Richardson Logan, advokat berkebangsaan Inggris yang tinggal di Penang (kini Malaysia) yang memulai penyebutan nama Indonesia.
Pada tahun 1847 menerbitkan Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia. Dulu, orang Inggris menyebut suatu kawasan gugusan kepulauan yang mencakup wilayah Asia Tenggara sekarang adalah Indian Archipelago. Mereka juga menamai kawasan tersebut sebagai The Eastern Island atau The Eastern Seas.
Logan memiliki seorang guru, bernama George Windsor Earl, seorang penjelajah yang terkenal dengan bukunya "The Eastern Seas".
Pada tahun 1850, melalui jurnal asuhan Logan, gurunya itu mengungkapkan bahwa sebaiknya nama Indian Archipelago tidak lagi digunakan sebagai sebutan untuk kawasan kepulauan di tenggara Asia. Earl mengusulkan dua nama, yaitu Indu-nesians atau Melayu-nesians. Untuk dua opsi nama ini, Earl lebih cocok memilih nama kedua, Melayu-nesians.
Bagaimana dengan sang murid, Logan? Berbeda dengan pendapat gurunya, justru ia lebih memilih nama Indu-nesians, yang kemudian mencantumkan nama Indonesia pada jurnal yang sama. Inilah dokumen yang pertama kali di dunia yang memuat kata "Indonesia".
Pada tahun 1884, seorang etnolog terkenal asal Jerman, Adolf Bastian, ikut menggunakan nama baru itu, hingga sebutan "Indonesia" menjadi kian populer di Eropa. Pada tahun 1885, pakar etnografi asal Belanda, George Alexander Wilkon dan pakar ahli Bahasa asal Belanda juga, Hendrik Kern menggunakan nama "Indonesia" pada judul makalah-makalahnya.
Memasuki akhir abad ke-20, sudah banyak orang-orang pribumi di Hindia-Belanda tinggal di Belanda untuk belajar, bekerja atau diasingkan karena masalah politik. Pada tahun 1917, majalah Hindia Poetra (Indische Vereeniging) yang dikelola orang-orang pribumi mencatat nama Indonesia dugunakan oleh ahli musik Jawa, Soerjo Poetro.
Hindia Poetra adalah organisasi orang-orang pribumi yang kuliah di Belanda. Soerjo Poetro menyebut nama "Indonesia" ketika menyampaikan amanat penutup acara penyambutan delegasi Indie Weer Baar. Inilah penyebutan nama "Indonesia" yang dilakukan oleh orang pribumi untuk pertama kalinya.
Selanjutnya, nama "Indonesia" mulai banyak digunakan oleh perkumpulan orang-orang pribumi Indonesisch Verbond Studeerenden adalah organisasi pelajar bumiputra pertama kali yang menggunakan nama Indonesia sebagai nama organisasinya.
Sementara itu, orang pribumi yang tinggal di Hindia Belanda yang pertama kali menyebut nama "Indonesia" adalah Tjipto Mangunkoesoemo yang menulis tentang suku-suku di Indonesia di akhir buku yang ditulisnya.
Gagasan Politik
Memasuki abad ke-20 pada dekade ketiga dan setelahnya, penggunaan nama Indonesia semakin digunakan dalam konteks politik sebagai simbol negeri Hindia yang merdeka dari Belanda. Nama Indonesia, juga menggantikan istilah inlander atau pribumi yang bernada menghina. Hal ini ditandai dengan adanya usulan mengubah nama Netherlandsch-India (Hindia Belanda) menjadi "Indonesia" ke parlemen dan pemerintah Belanda.
Selanjutnya, kian banyak pihak lain yang menggunakan nama Indonesia. Di Belanda, Indische Vereeniging mengubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging, kemudian berubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia.
Di Hindia Belanda, Perserikatan Komunis India berganti nama menjadi Partij Komunis Indonesia. Di Surabaya, Soetomo bikin Indonesisch Studieclub. Seokarno mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia atau PNI di Bandung.
Semasa itu, usulan nama selain Indonesia, bukannya tidak ada. Ada Insulinde yang terinspirasi novel Max Havelaar karya Multatuli, ada yang menggunakan nama Indier, namun dirasa mirip dengan India yang dijajah Inggris. Berikutnya, Soewardi lebih suka memakai nama "Nusantara" yang diambil dari kitab kuno Jawa.
Namun, semua nama-nama itu ternyata kalah pamor dibandingkan dengan nama "Indonesia". Hingga, pada tahun 1928, organisasi-organisasi pergerakan dan kedaerahan menyelenggarakan Kongres di Batavia (Jakarta) yang berikrar tentang penggunaan nama Indonesia. Bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Nama Indonesia terus berlanjut hingga menjadi identitas perlawanan rakyat jajahan yang menghendaki kemerdekaan dari Belanda. Puncaknya adalah saat 17 Agustus 1945, nama Indonesia secara resmi diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta sebagai nama bangsa dan negara yang baru merdeka, kemudian menjadi nama Republik Indonesia.***
Akhirnya dahaga penasaran saya tentang perpindahan nama Hindia Belanda menjadi Indonesia telah terpuaskan. Terima kasih atas informasinya, Bu! :D
BalasHapusCatherine Maylina (6)
X MIPA 4