Mencerdaskan Bangsa Melalui Pelajaran Sejarah
Oleh Srie
Ini tentang pengalamanku bergelut dengan pelajaran Sejarah. Mengajar sejarah lebih dari seperempat abad. Apa yang kudapatkan? Upaya mencerdaskan bangsa bisa ditempuh melalui pelajaran sejarah.
Cendekiawan muslim asal Iran, Murtadha Muthahari, dalam buku mengenai “Masyarakat dan Sejarah” (1990) menyebut tiga aspek sejarah berdasarkan waktu dan pengelompokkannya.
Pertama, sejarah sebagai rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu di masa lalu, dimana di dalamnya ada tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang dianggap cukup menonjol dari waktu ke waktu. Sejarah dipahami sebagai catatan kronologi peristiwa berdasarkan waktu.
Kedua, sejarah dipahami sebagai hukum sosial yang berlaku bagi masyarakat. Rangkaian peristiwa di masa lalu diambil hubungan kausalitas yang mempengaruhinya untuk kemudian dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi kehidupan masyarakat di masa kini.
Ketiga, sejarah dipahami sebagai seperangkat pengetahuan yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada suatu masyarakat di masa depan. Kemampuan dalam membaca perkiraan masa depan suatu masyarakat atau bangsa dapat memberikan kecerdasan pemahaman tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan seharusnya tidak dilakukan agar masa depan berlangsung sesuai dengan harapan yang dikehendaki bersama.
Belajar sejarah bukanlah semata menghapal tentang nama-nama, waktu dan peristiwa. Lebih dari itu, belajar sejarah harus memberi pemahaman mengenai mengapa suatu peristiwa bisa terjadi. Penjelasan rasional perlu dipahami mengenai sebab-sebab dan akibat dari suatu peristiwa terjadi. Selanjutya, sejarah dimanfaatkan untuk menjelaskan perkiraan apa yang akan terjadi di masa depan, sekaligus memberi petunjuk mengenai apa saja yang sebaiknya dilakukan agar peristiwa masa lalu yang kelam tidak terulang lagi.
Ini mirip kisah Isaac Newton yang mempertanyakan kenapa benda-benda yang dilempar ke atas akan selalu kembali lagi ke bawah. Jawabannya dalam buku “Philosophiae Naturalis Principia Mathematica” pada tahun 1687, kemudian melahirkan Hukum Fisika tentang Gravitasi Newton. Dengan pemahaman atas hukum kausalitas benda-benda yang bergerak atau diam, Newton dapat memprediksi tentang hubungan gaya, massa dan percepatan suatu benda. Pada tingkat lanjut, penjelasan Newton ini telah menjadi dasar penting bagi mekanika klasik dan memberi pengaruh pada kelahiran hukum-hukum Fisika Modern tentang atom, kuantum, nuklir dan seterusnya hingga kini aplikasinya pada dunia teknologi digital.
Kecerdasan dari belajar sejarah tak jauh beda dengan kecerdasan dalam memahami hukum-hukum alam. Jika hukum alam beroperasi pada benda-benda mati, maka sejarah bekerja pada hukum-hukum sosial atau masyarakat pada kurun waktu yang relatif panjang. Sejarah menemukan hukum-hukum tentang kemajuan dan kemunduran atau kejayaan dan kejatuhan suatu bangsa terkait dengan keadilan, kekuasaan, kemakmuran, moralitas, dan seterusnya.
Sekitar 300 tahun sebelum Newton menemukan Hukum Gravitasi, pemikir muslim Ibnu Khaldun telah berhasil menjelaskan mengenai peradaban manusia, hukum-hukum kemasyarakatan dan perubahan sosial melalui buku “Al Muqaddimah” atau “Prolegomena” pada tahun 1377. Dalam buku ini Ibnu Khaldun telah memberikan dasar bagi berkembangnya ilmu sejarah, sosiologi dan ilmu sosial lainnya yang berlaku hingga sekarang.
Sejarah Nusantara
Peran sejarah, dengan demikian, cukup penting bagi perkembangan kecerdasan suatu masyarakat atau bangsa. Tengok saja, misalnya, bagaimana para pendiri bangsa ini secara serius merekonstruksi sejarah bangsa-bangsa nusantara untuk mewujudkan perubahan dari status bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka.
Pemahaman sejarah masa lalu tentang mengapa suku-suku bangsa di nusantara cukup lama dijajah bangsa-bangsa asing telah menyadarkan akan pentingnya persatuan dan kesatuan bagi bangsa yang sama-sama terjajah untuk bisa merdeka.
Rekonstruksi masa lalu tentang sejarah nusantara digali untuk memberi pencerahan sekaligus kecerdasan akal budi tentang pentingnya bangsa merdeka. Sejarah dimanfaatkan untuk membangun karakter bangsa yang lebih percaya diri, mencintai tanah air dan sekaligus bersedia untuk membelanya dengan slogan terkenal “Merdeka atau Mati!”
Salah seorang tokoh pendiri bangsa Indonesia, Moh Yamin, sangat bersemangat untuk menghadirkan kembali masa-masa kebesaran dan kejayaan kerajaan-kerajaan di nusantara. Sejarah kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, hingga kesultanan Islam, misalnya, dijadikan sebagai rangkaian peristiwa yang mengagungkan dan membanggakan tentang bagaimana bangsa nusantara pernah besar dan berjaya di masa lalu.
Catatan sejarah tentang Mahapatih Gajah Mada pun disebarkan secara intensif untuk memberi penyadaran bagi bangsa terjajah bahwa cita-cita persatuan dan kesatuan nusantara telah lama dicita-citakan dan pernah terwujud dalam sejarah masa lalu bangsa Indonesia.
Cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa nusantara dalam Sumpah Palapa yang dinyatakan oleh Gajah Mada pada tahun 1336 M dijadikan sebagai inspirasi dan spirit bagi bangsa Indonesia yang merdeka. Soekarno, tokoh pendiri bangsa yang memiliki kemampuan orasi yang sangat mengagumkan, begitu sangat memanfaatkan sejarah nusantara untuk membangkitkan gelora rasa nasionalisme untuk cita-cita kemerdekaan.
Sejarah Eropa
Pemanfaatan sejarah sebagai cara efektif dalam membangkitkan semangat perubahan suatu masyarakat atau bangsa di dunia pernah pula dilakukan oleh bangsa-bangsa di Eropa.
Ketika di suatu masa, bangsa-bangsa Eropa berada pada kegelapan abad pertengahan, bersamaan pada kurun waktu masa keemasan kekuasaan Islam, maka menengok keagungan dan kejayaan sejarah masa lalu Yunani dan Romawi pada tahun-tahun sebelum Masehi merupakan cara cerdas bangsa Eropa untuk menemukan kembali keagungan dan kejayaannya yang telah hilang.
Gerakan renaisance pada tahun 1300 -1600 M yang mengacu dan berakar pada tradisi dan kebudayaan masa lalu Helenisme Yunani dan Imperium Romawi secara perlahan kemudian memperoleh keberhasilannya. Puncak kejayaan kembali diraih oleh bangsa-bangsa Eropa hingga kini yang diawali oleh pemahaman atas kecerdasan sejarah yang mereka hadirkan.
Sejarah Dalam al-Qur’an
Bagaimana cara umat Islam pernah mencapai masa keemasannya selama sekitar 1.000 tahun dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia? Pelajari bagaimana sebagian ayat-ayat al-Qur’an mengajarkan tentang masa lalu suatu masyarakat atau bangsa.
Al-Qur’an mengambil kisah masa lalu suatu masyarakat, di mana para Nabi menjadi tokoh utama di dalamnya. Bahkan, ketika ilmu sejarah belum cukup banyak menjangkau kurun waktu yang sangat lampau, ajaran agama telah memberitahukan beberapa catatan peristiwa masa lalu yang dinilai sangat penting bagi kehidupan masyarakat umat Islam saat itu.
Kisah tentang Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth, kaum Tsamud, umat Nabi Musa, beserta nama-nama seperti Raja Namrud atau Raja Fir’aun tersajikan dalam rangkaian ayat-ayat suci al-Qur’an. Bahkan, ada kisah pula sejak manusia ini hendak diciptakan, seperti percakapan Allah dengan malaikatnya, kisah Nabi Adam dengan Siti Hawa hingga terusir dari surga.
Rangkaian kisah masa lalu yang dikabarkan melalui al Qur’an tentu saja memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam memberi motivasi umat, membangun spirit perjuangan hingga memberi pegangan moral dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk kabar tentang sejarah peperangan antara bangsa Persia dan bangsa Romawi yang diprediksi telah terbukti akan dimenangkan oleh bangsa Romawi.
Kisah masa lalu dalam al-Qur’an dapat memberikan kecerdasan bagi umat bagaimana sebaiknya menjalani kehidupan sehari-hari, bagaimana memperjuangkan suatu keyakinan, membela nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dan bagaimana membangun suatu peradaban umat dalam terang cahaya ilahi.
“…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir), dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan Alah membersihkan orang-orang beriman (dari dosa-dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir”. (Q.S. Ali Imran (3): 140-141).***
Blog ibu membuat saya merasa seperti menemukan kotak harta karun. :D
BalasHapusCatherine Maylina (6)
X MIPA 4
Wah terima kasih bu untuk artikel nya, banyak sekali ilmu dan manfaat nya.
BalasHapusNama : Najwa Basandid
Kelas : X IPS 1