Seri Novel : SMS Tak Berbalas
Oleh Sri Endang Susetiawati
Di sore hari yang cerah, Zaza, mahasiswi yang sering disebut oleh teman-teman sekampusnya sebagai kembaran salah seorang artis dan bintang iklan sabun mandi itu, masih berada di dalam kamar kos nya, di kawasan Jl. Kebon Sirih Bandung. Namun, kali ini ada yang tidak biasa saat ia tampak gelisah dalam lentangan tidur, sambil memeluk bantal guling dengan bermalas-malasan di atas kasur warna biru bergambar Doraemon.
Beberapa kali ia membaca sejumlah SMS dari seseorang yang selama 4 hari terakhir ini tidak pernah dibalasnya. Dibacanya terus dan berulang-ulang dengan sesekali senyumnya mulai terlihat mengembang.
Ia sedang membaca SMS dari pengirim bernama Caca yang diterima pada hari yang sama, namun beda waktu yang cukup lama, pada pukul 01:45 dini hari, WIB :
“Malam ini ‘ku terjaga. ‘Ku bersujud menghadap-Mu, Tuhan Yang Maha Mengetahui Isi Hatiku. Persaksikanlah, Ya Allah ! Bahwa malam ini .... Aku sangat merindukannya”
Kemudian, ia baca juga SMS dari pengirim yang sama sebelumnya, diterima hari kemarin, pukul 17:25 WIB :
“Engkau boleh tidak membalas SMS-ku, pun tidak mau terima teleponku. Apapun alasanmu itu .... Aku tetap mencintaimu, Zaza ....”
Ia membaca juga SMS yang diterima 2 hari yang lalu, pukul 15 : 32 WIB :
“Tak ada sedikitpun hak bagiku, agar Engkau mau membalas SMS- ku. Bahkan untuk sekedar membaca sekalipun. Karena kutahu, apalah artinya diriku bagimu. Aku hanya ingin katakan, bahwa saat ini aku sungguh sangat merindukanmu”
Ia membaca juga SMS yang diterima 2 hari yang lalu, pukul 04 : 32 WIB :
“Kuakui, Zaza adalah mahluk ciptaan-Mu yang nyaris sempurna. Ya Allah,.... berikanlah segala kebaikan.... untuknya”
Kemudian, membaca juga SMS yang diterima 3 hari yang lalu, pukul 12 : 01 WIB :
“Jujur, Aku sangat suka dan mengaguminya. Bagiku, .... Zaza adalah perempuan terbaik yang pernah kukenal”
SMS, yang diterima 3 hari yang lalu, pukul 08 : 17 WIB :
“Sudah 3 kali aku kirim SMS, namun tidak pernah berbalas juga. Entahlah.... ‘Ku tak tahu alasannya mengapa ? Yang kutahu hanyalah .... Aku tetap sayang kamu.....”
Entah, apakah tersadar ataukah tidak, beberapa kali ia sempat mencium kotak hitam bermerek Blackberry itu sambil mata terpejam. Masih ada bekas guratan bibir mungil yang menempel di layarnya. Hingga, keasyikannya terganggu saat Hape miliknya menjerit minta perhatian.
“Ada SMS baru masuk” ucapnya pelan.
Kali ini, ia begitu sigap untuk segera membaca isi pesan SMS yang ternyata berasal dari nama yang sama. Dari kedua bola matanya, ada pancaran cahaya yang berbinar melengkapi senyum manis yang selalu berhasil mengukir lesung pipitnya.
“Apa kabar Zaza...? Sungguhkah, engkau telah melupakan aku ? Apapun itu, aku tetap sayang kamu....” demikian bunyi SMS itu.
Selanjutnya, hanya jari-jari tangannya saja yang terlihat lebih aktif memijit-mijit tombol berderet abjad. Kalimat pendek pun telah tersusun rapi dengan singkat, lalu terkirimlah SMS balasan itu.
“Kabar Zaza baek...”
Hanya sesaat senyum itu masih tampak mengembang di bibirnya. Beberapa detik kemudian, usai SMS terkirim, Zaza terlihat kaget. Raut mukanya yang memerah, seolah baru tersadar dari apa yang baru saja dilakukannya.
Bunyi dering Hape kembali membuyarkan kekagetannya untuk sementara. “Hah...! Call dari Caca...!” ucapnya terkesiap.
“Halo...! Wa’alaikum salam...” jawabnya sesaat usai panggilan telepon itu ia terima.
“Boleh saja kok... kapan... di mana , ya ?”
“Oke. Kita ketemuan di sana saja ya...”
Lalu, Hape itu ia letakkan kembali di atas meja belajarnya. Sesekali, rambutnya yang hitam panjang terurai sebahu, ia usap-usap dengan kedua telapak tangannya yang mulus.
“Ya, ampun.... kok jadi janjian ketemuan sih... ?” ucapnya bermonolog, sembari tak bisa menutupi perilakunya yang tampak bingung dan geregetan.
Kedua tangannya mengepal, membentuk siku di depan dadanya. Giginya pun terlihat merapat, tanda kesal atas dirinya sendiri. Tak lama kemudian, segera saja tubuhnya ia rebahkan di atas kasur. Mukanya yang putih, manis merona, sengaja ia tutupi dengan bantal berwarna biru muda yang empuk.
“Kacau.....” bisiknya.
(Bersambung....)
Demikian, terima kasih
Salam Persahabatan
Srie
Sumber cerita : Cuplikan dari Buku Novel Meraih Tiket Surga oleh Sri Endang Susetiawati.
Tidak ada komentar
Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).