Surga Yang Mana ?
Seusai mengikuti perkuliahan, sambil pulang menuju ke arah tempat kosnya, sore itu Zaza menyempatkan diri mampir ke tempat LSM milik Gus Mus, di kawasan Antapani, setelah sebelumnya janjian terlebih dahulu melalui telepon. Di dalam ruangan, di tempat biasa Gus Mus berkantor itu telah ada juga Ustadz Ajat, yang datang dengan maksud keperluan yang berbeda. Sekitar 15 menit, mereka telah malakukan percakapan tentang banyak hal yang ringan. Hingga kemudian, Zaza memulai topik percakapan yang lain.
“Gus, apa komentarmu, katanya perempuan yang bersedia dimadu, akan dijamin masuk surga ?” tanya Zaza sambil duduk di atas kursi berhadapan dengan Gus Mus.
“Surga yang mana ? Surganya siapa lagi … ? Memangnya surga punya sendiri … ?” jawab Gus Mus dengan santai.
“Ini serius Gus.. !” ujar Zaza
“Saya juga serius kok… bercandanya… ha..ha..ha..ha..” balas Gus Mus sambil tertawa
“Susah diajak seriusnya nih … “Gus Dur” kita..” kata zaza lagi.
“Lha.. wong apa masalahnya… tiba-tiba langsung tanya soal perempuan dimadu ?” balas Gus Mus lagi.
“Ga boleh nih… tanya soal ginian ?”
“Ya boleh saja… syukur kalau aku bisa jawab”
“Memangnya Zaza mau dimadu, begitu ?... Sayang sekali... ” ujar Gus Mus sambil sedikit menepukkan tanganya di atas mejanya.
“Enggak lah Gus… kenapa dibilang sayang sekali… ?” tanya Zaza penasaran.
“Ya ngapain, harus mau dijadikan istri kedua atau ketiga begitu… Masih banyak laki-laki yang mau menjadikanmu istri pertama dan cuma satu-satunya, begitu” jawab Gus Mus
“Memangnya, siapa yang mau ke aku, Gus… ?”
“Ya banyak banget… wong sampeyan ayu begitu… jadi bunga kampus. Saya juga pasti gak kan nolak kok, kalau mau…”
“Ha..ha..ha..ha..” suara Gus Mus, kembali terdengar.
“Sama, … Ajat juga. Walaupun ustadz, ya pasti mau lah… bagaimana kang ?” ujar Gus Mus sambil sedkit menepukkan tangannya ke pundak Ustadz Ajat yang duduk di sebelah kanannya.
“Bisa saja … teman kita ini” balas Ustadz Ajat
“Ternyata, Gus Mus bisa juga ya… suka muji dan nyenengin cewek…” ujar Zaza sambil tersenyum.
“Ya bisa lah… apa susahnya ? Ibadah kok,… bisa nyenengin orang” kata Gus Mus lagi
“Balik lagi Gus,… apa benar perempuan yang bersedia dimadu akan dijamin mendapat tiket surga ?” tanya Zaza kembali
“Dapat surga dari mana….? Gampang banget, kalau cuma itu ukurannya” jawab Gus Mus
“Banyak orang yang berfikiran semacam itu…” kata Zaza lagi
“Lha bagaimana … begitu gampangnya masuk surga ?” kata Gus Mus, memulai penjelasan
“Perempuan istri muda, telah menyakiti perempuan lain yang jadi istri tua..”
“Surga macam apa yang disediakan bagi seorang perempuan, yang justru telah menyakiti sesama kaumnya sendiri ?”
“Juga menyakiti anak-anaknya dan keluarga besarnya… ?”
“Istri tua yang disakiti, apa mau … ? Madunya yang muda, sudah dapetin suaminya, lalu dikasih surga lagi… Enak sekali dia… Paling juga dia akan doaian yang jelek terus ke madu mudanya…”
“Maksudnya, surga itu buat perempuan istri pertama yang bersedia di madu, itu kali Gus..?” jelas Zaza
“Ya enggak otomatis begitu… Yang pasti otomatis dapat surga, ya suaminya… Dapat surga dunia… ha..ha..ha…” jawab Gus Mus lagi, disusul dengan tertawa.
“Lucu… Jadi bisa ketawa terus….” komentar Zaza.
“Sambil dimakan dong, buah jeruk yang Aku bawa ....” tambah Zaza
“Terima kasih.... Inilah enaknya, kalau yang jadi tamu itu Zaza. Selalu bawa oleh-oleh terus. Ayo, Pak Ustadz ikut nikmatin juga” ujar Gus Mus
Beberapa saat kemudian, mereka sama-sama memakan buah jeruk yang dibawa oleh Zaza itu. Namun, percakapan antar mereka masih terus berlanjut.
“Maksudnya, kalau istri pertama sakit hati kan suasana rumah tangga jadi kurang nyaman. Nah, kalau kemudian ia melakukan banyak hal negatif karena sakit hatinya itu, banyak melakukan dosa, ya tidak otomatis lantas ia tetap masuk surga” jelas Ustadz Ajat, mulai ikut menanggapi.
“Ukuran masuk surga… ya totalitas amaliah seseorang, kan nanti ada timbangannya antara amal baik dan amal buruk yang pernah dilakukan” tambah Ustadz Ajat lagi.
“Tapi, kalau mereka semua pada ikhlas, bagaimana ?” tanya Zaza
“Ya kalau ikhlas semua ya sudah, tidak ada masalah… silakan saja. Dalam Islam dibolehkan kok” jawab Gus Mus.
“Memang, pasti akan ada, mereka yang sama-sama ikhlas seperti itu” ujar Ustadz Ajat
“Maksudnya, kalau mereka yang sama-sama ikhlas, apa akan masuk surga ?” tanya Zaza lagi
“Walaupun ikhlas, ya tetap tidak otomatis dapat jaminan masuk surga” jawab Gus Mus
“Lha… kalau setelah ikhlas kelakuan yang lain banyak dosa, bagaimana ?”
“Jangan mudah mengklaim diri, seolah-olah sudah jadi ahli surga. Walau sama-sama ikhlas bermadu-ria, ya enggak perlu dengan sengaja menunjukkan kebanggaan, apalagi dengan pameran ajak-ajak teman. Itu sudah berlebihan” tambah Gus Mus lagi.
“Iya juga sih… jadi masih tergantung dengan amalan yang lainnya, ya ?” ujar Zaza
“Kira-kira begitu…” jawab Gus Mus
“Masalah yang umum, kan seringkali banyak pihak yang tidak ikhlas, terutama perempuan yang mau dimadu, kemudian agar berubah menjadi “ikhlas”, mereka diiming-imingi dengan tiket surga otomatis itu” imbuh Gus Mus lagi
“Itu namanya manipulasi… bukan diiming-imingi lagi. Sudah berubah menjadi pemaksaan atas nama tiket surga” tegas Gus Mus.
“Ngomong-ngomong, … sebagai cowok, apa gak mau gitu, nanti punya istri lebih dari satu ?” tanya Zaza sambil menunjuk tangan ke arah Gus Mus
“Dasarnya, ya pasti mau… tapi kan harus juga mampu” jawab Gus Mus
“Kalau sudah mampu, kan perlu tahu… apa dasarnya harus melakukan begitu ?”
“Kalau tidak ada alasan yang kuat, apalagi istri sendiri tidak menyetujui, lha ngapain harus memaksakan diri ?... Cari perkara, apa ? ”
“Kalau seperti itu, … ya tidak perlu juga, harus memaksakan diri dan memanipulasi dengan mengatasnamakan penjual tiket masuk surga, begitu … ”
“Lha, wong satu saja sampai sekarang saya masih belum dapat, apalagi mau berfikir lebih dari satu istri lagi… “
“Ha..ha..ha..ha..” suara Gus Mus tertawa
“Belum…. Gus” ucap Zaza
“Nanti, aku akan ikut bantu cariin ya…?” ucap Zaza lagi
“Ngapain sampeyan cape-cape mau bantu ikut mencarikan segala, … Lha, kenapa enggak sendirinya saja… kok jadi repot”
“Aduh… aku jadi dismash terus nih… he..he..he..”
“Terima kasih banyak Gus ya… dan pa ustadz juga. Sudah jam 5 nih. Aku mau pulang dulu” Ujar Zaza sambil bangun dari duduknya.
“Iya, sama-sama … terima kasih juga. Sudah mau di-smash-in terus… Jangan tersinggung !” ujar Gus Mus sambil bersalaman tangan dengan Zaza.
“Ha..ha..ha..ha..” suara mereka, ikut juga tertawa.
Lalu, Zaza juga menyalami ustadz Ajat. Selanjutnya, Zaza keluar dari kantor Gus Mus, menuju ke mobil. Beberapa saat kemudian, bersama mobilnya Zaza perlahan meninggalkan Gus Mus dan Ustadz Ajat
“Assalamu ‘alaikum Gus, Kang Ustadz..... “
“Wa’alaikum salam ...”
(Bagian dari Novel Meraih Tiket Surga/MTS Oleh Sri Endang S.)
Tidak ada komentar
Kami menghargai komentar yang relevan dengan konten tulisan, menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dan tidak mengandung unsur kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).