Guru Suka Bikin Stres vs Guru Terundang
Oleh Srie
Memangnya, ada guru yang suka bikin
murid stres? Jum’at malam, pada awal tahun lalu (18/2/2011) sebuah acara Talk Show Kick Andy ditayangkan di
MetroTV. Narasumber yang ditampilkan adalah 5 orang guru yang dianggap kreatif
dalam membuat suatu alat peraga, model atau cara belajar yang baru.
Ada seorang guru Fisika yang berhasil
membuat beberapa alat peraga untuk keperluan pengajarannya. Antara lain, dalam
bentuk LCD projektor unik, helm berfungsi sebagai charger HP, hingga ruang planetarium sederhana. Guru Fisika satunya
lagi berhasil mengembangkan pengenalan atas alat-alat Fisika kepada siswanya
melalui pendekatan sastra.
Guru keempat adalah pasangan suami
istri yang mengembangkan metode menghapal cepat melalui pendekatan visual dan
audio. Lalu, ada guru yang mengembangkan metode hitung cepat dengan menggunakan
jari. Terakhir, guru yang mengembangkan belajar Bahasa Inggris cepat dengan
metode lambang suara.
Tibalah giliran Prof. Dr. Arif
Rachman, tokoh praktisi pendidikan yang dimintai komentar oleh bung Andy F.
Nayoan.
“Menurut Pak Arif, kira-kira apa yang
membuat seorang guru itu kreatif ?”.
Ia menjawab, “seorang guru itu akan
kreatif, kalau ia merasa terpanggil jiwanya sebagai guru”.
“Apakah ada guru yang tidak terpanggil
jiwanya sebagai guru ?” tanya Andy.
“Ada”
“Guru yang bagaimana ?”
“Guru yang merasa terpaksa jadi guru.
Bukan karena panggilan jiwanya”
Guru Terundang
Selanjutnya, Pak Arif memberikan
apresiasi atas kreatifitas para guru yang telah mampu mengembangkan sejumlah alat
peraga atau metode belajar. Dengan kreativitas itu, guru dapat membantu anak dalam belajar secara
lebih mudah, lebih cepat dan lebih menyenangkan.
Bagi tokoh pendidikan ini, berbagai
model atau metode pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh berbagai pihak.
Antara lain, ada Contextual Teaching
Learning (CTL), Cooperative Learning, dan ada Quantum Learning. Tujuannya, tak lain adalah sebagai upaya untuk
membuat proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi anak
didik, juga bagi gurunya sendiri.
“Guru yang baik adalah guru yang merasa
terundang oleh muridnya. Kehadiran guru di kelas sangat diharapkan dan
dinantikan oleh murid-muridnya Sebaliknya, sang murid merasa senang untuk hadir
dalam pertemuan belajar dengan gurunya di kelas” lanjutnya.
“Memangnya, apa ada guru yang
kehadirannya tidak diharapkan oleh murid ?” tanya Andy lagi disertai senyum.
“Oh... ada. Itu pasti ada. Malah itu
tidak sedikit kok jumlahnya. Kehadiran guru di kelas, justru tidak diharapkan
oleh siswanya” jawab Pak Arif.
“Mungkinkah, justru murid senang bila
guru itu tidak masuk ke kelas?” sela Andy.
“Oh iya, bahkan ada murid yang bilang,
katanya kami sudah berdoa agar guru itu tidak hadir. Eh, tetap juga hadir...
ucap sang murid sambil cemberut” demikian seloroh besan Fauzi Bowo (Foke) ini.
“Kenapa ?”
“Karena kehadiran guru itu membuat
murid jadi stres, alias tidak membuat nyaman selama mereka belajar di kelas.”
Hadirin terlihat tertawa. Mungkin,
dalam hatinya ada yang sempat berkata, “guru, kok suka bikin stres, ya?” Seraya
mereka mengenang kembali saat masa lalunya di sekolah yang membuatnya tersenyum
atas perilaku guru yang kurang menyenangkan itu.
Berempati
Menurut Pak Arif, guru seharusnya
mengajar dengan hatinya, agar murid menerima dengan hatinya pula dengan terbuka.
Guru harus mampu berempati, mampu merasakan apa yang dirasakan oleh muridnya.
Guru harus mampu merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh muridnya, dan mampu
merasakan kesedihan kala muridnya juga sedang bersedih.
Guru harus peka saat muridnya sedang
menghadapi masalah, termasuk saat murid mengalami kesulitan dalam belajar. Guru
pun harus mampu memotivasi, membangkitkan semangat murid-muridnya dalam
belajar.
Hmm.. Jadi ada ya, guru yang suka
bikin murid stres. Semoga, kita menjadi bagian dari guru-guru yang terundang, yang
suka membuat murid senang dalam belajar. Bagaimana dengan pendapat Anda? Salam
persahabatan. *** [By Srie]
Artikel ini sangat cocok untuk saya, kebetulan juga saya bercita-cita untuk menjadi guru ✿^‿^. Didalam artikel ini terdapat beberapa kajian yg harus kita ketahui untuk bisa menjadi guru yang peka kepada siswa-siswanya. Maksud peka itu, jadi guru itu harus bisa memotivasi dan menginspirasi kepada para siswanya.
BalasHapusTerimakasih Ibu Sri, Atas artikel ini saya bisa, memahami untuk Jadi guru yang PEKA terhadap siswa.
Nama: Nina Sri Mulyani
Kelas: X IPS 3